Kadang, gak semua yg terlihat baik belum tentu baik, yg terlihat indah belum tentu indah, yg terlihat menyenangkan belum tentu menghibur dan yg terlihat diam belum tentu tidak terjadi apa-apa. Semua yg terlihat di depan mata hanyalah tipuan, kebenaran yg ada di depan mata hanya ada sedikit dibanding masalah yang ditutupi dibalik kebenaran itu. Segala keindahan yg terlihat hanya bersifat sementara, segala sesuatu yg berkilau akan ada masanya juga untuk pudar. Begitupun hati, tak selamanya ia bisa selalu bahagia, tak selamanya ia bisa selalu tersenyum. Kadang ada saja sesuatu yg mengecewakan, ada saja sesuatu yg menyedihkan dan kadang pula da saja sesuatu yg membuatnya tertusuk menahan sakit. Tpi
itulah hati, ia kuat tidak serapuh tangkai pohon yang baru tumbuh, tak seperti satu buah lidi yg dibengkokkan langsung terpotek jadi dua, tak seperti kertas yg bila terkena air bisa robek dengan mudahnya. Begitu indah Tuhan menciptakan organ tubuh ini.
Tapi apakah hati ini harus selalu merasakan sakit ? Apakah
ia harus selalu menahan beban ? Apakah ia harus selalu diam tak berkata saat
dia dikecewakan ? Jawabannya tidak, hati ini pantas untuk bahagia. Hati ini
dibuat untuk merasakan bukan untuk menahan, hati ini ada karena perasaan, bukan
sebagai emosi yg harus selalu dituruti. Hati ini bukan sebuah mainan yg bisa
tahan akan goncangan, tabrakan, bahkan patahan yg bisa terjadi kapan saja dan
dimana saja. Hati ini kuat, buatlah ia semakin kuat. Jangan buat ia semakin
rapuh hanya karna sesuatu yg tidak seharusnya bisa mengubah sifat kuat hati ini
menjadi lemah. Bila hati ini sudah berubah, buatlah ia kembali menjadi seperti
takdirnya, buatlah ia tumbuh kembail sesuai tugasnya dam buatlah ia tangguh
kembali sesuai tujuannya.
Tidak seharusnya hati ini selalu merasakan sakit, buatlah ia
bahagia. Tidak selamanya hati ini selalu merasakan sedih, tapi buatlah hati ini
bisa membuang jauh perasaan sedih. Tidak selamanya hati ini harus selalu
terbebani, tapi buatlah hati ini selalu tumbuh layaknya pohon yang mencari
sinar matahari. Hati ini tak pantas hidup jika ia hanya dijadikan sebagai tujuan
sakit, tujuan untuk meringkul beban dan tujuan untuk menerima kesedihan.
0 comments:
Post a Comment