Wednesday, October 19, 2016

Mentari Pagi Nirina

3



Pagi ini terasa indah bagiku, pagi yang berbeda diantara pagi-pagi ku sebelumnya. Matahari yang mulai muncul membuat suasana hati terasa lebih hangat. Udara dingin pun seakan menjauh disaat sang mentari mulai menampakkan sinarnya. Kicauan burung yang seakan menambah indah suasana di pagi yang jauh dari suara mesin dan polusi udara yang biasa aku dengar saat aku masih tinggal di kota dulu. Oh iya, nama ku Gilang Purnama biasa dipanggil Gilang. Aku ini bukan orang hebat, hanya seseorang yang rindu akan kedamaian dan suasana asri seperti di desa ini. Maklum, dulu aku tinggal di kota besar yang bisa dibilang hampir tidak ada pemandangan hijau yang bisa aku lihat seperti disini. 
 
              Disini aku belum mempunyai teman, hanya beberapa tetangga yang setiap harinya selalu ku sapa dan mereka selalu memberikan senyum sebagai pertanda bahwa mereka menerimaku dengan baik disini. Sampai suatu ketika disaat aku sedang berjalan dibawah sinar matahari pagi, aku bertemu dengan seorang perempuan. Ia sedang duduk di bawah pohon sambil melihat ke arah matahari terbit. Aku pun datang untuk sekedar menyapa dan berkenalan dengan dia. “Hai, boleh ikut duduk disini ?” ucapku sambil
memberikan senyuman kecil kepadanya. “Iya boleh kok “ ungkap si perempuan itu. “Sedang apa pagi-pagi ditempat ini ?” ucapku dengan nada agak heran. Kemudian dia menjawab “Setiap pagi, aku selalu disini untuk melihat matahari terbit. Rasanya tenang kalau aku sudah menikmati hangatnya sinar matahari pagi” ucapnya sambil ia tersenyum kepadaku. “Oh iya, namaku Gilang, aku baru pindah disini. Rumahku gak jauh kok dari sini” ucapku sambil mengulurkan tangan. “Aku Nirina, rumahku juga gak jauh kok dari sini. Tapi setiap pagi aku selalu disini” ucapnya sambil menjabat tanganku.

            Percakapan pun berlanjut seakan kami sudah bertemu lama sebelum ini, hingga suatu saat waktu sudah menunjukkan pukul 10 dan aku harus pulang untuk mengerjakan tugas yang belum aku selesaikan. “Besok kita bisa bertemu lagi ?” ucapku. “Iya tentu saja, kamu datang saja ke tempat ini setiap pagi. Aku pasti ada disini kok” ucap Nirina sambil memberi senyuman ke arahku. “Baiklah aku pulang dulu ya, sampai besok Nirina” ucapku sambil melambaikan tangan. Sepanjang jalan aku selalu terlintas wajah perempuan itu, perempuan yang baru aku temui dan aku kenal hari ini tapi begitu membekas seakan kita sudah berkenalan lama.

            Hari berganti, sang mentari pun datang kembali diikuti hangatnya sinarnya. Dan pagi ini aku kembali berjalan ketempat dimana aku bertemu Nirina kemarin. Dan benar saja, Nirina sudah duduk di tempat yang sama seperti kemarin aku bertemu dengannya. “Hai” sapaku kepadanya. “Hai juga” ucapnya dengan penuh senyuman. Dan percakapan pun mulai terjadi diantara kami. “Aku boleh bertanya sesuatu ?” ucapku kepadanya. “Mau nanya apa ?” jawabnya kepada ku. “Kamu kenapa suka sekali melihat matahari di setiap paginya, aku boleh tau apa alasannya ?” jawabku dengan penuh rasa penasaran. Mendengar pertanyaan itu ia hanya tersenyum sambil melihat ke arahku. “Apa yang akan kamu lakukan jika kamu tau hidupmu hanya tersisa beberapa hari lagi ?” ucapnya sambil melihat ke arah matahari terbit. “ Maksud kamu?” jawabku dengan perasaan kaget “Aku tak perlu mengulang pertanyaanku itu kan ? Seandainya kamu tahu bahwa hidupmu hanya tersisa beberapa hari saja, apa yang ingin kamu lihat, apa yang ingin kamu rasakan dan apa yang ingin kamu perbuat. Alasanku disini setiap pagi adalah aku ingin melihat matahari terbit dan merasakan hangat sinarnya sebelum aku tidak bisa duduk disini dan tidak bisa merasakan lagi seperti yang sekarang aku lakukan”. Aku terdiam, kaget rasanya mendengar jawaban yang diucapkan Nirina. “Apa yang membuat kamu berkata seperti itu ? Aku benar-benar bingung” ucapku kepadanya. “ Sudah lama aku menderita penyakit yang bisa dibilang belum ada obatnya, dokter pun berkata kepadaku bahwa harapan ku untuk hidup tidak akan lama. Bisa kapan saja aku pergi meninggalkan pagi senyaman dan sehangat ini dan dari situ lah aku sudah tidak menginginkan apa-apa lagi selain selalu berada disini, dibawah pohon ini dan melihat sang mentari terbit dan merasakan hangat sinarnya.” Ucapnya dengan perasaan sedih, air matanya mulai membasahi pipinya tapi ia berusaha untuk tidak menunjukkannya kepada ku. Terlintas di dalam pikiran ku untuk berusaha membuat hari-hari terakhirnya lebih berarti daripada hanya sekedar duduk dan melihat matahari. Ya, aku ingin membahagiakannya walaupun tidak banyak yang bisa aku lakukan.

            Hari pun berganti, matahari kembali datang dengan sinar dan cahaya baru. Rasanya seperti ada yang berbeda dari matahari di pagi ini. Sinarnya agak redup, hangatnya pun tak sehangat kemarin. Dalam hati aku berkata, ada apa dengan hari ini ?. Aku kembali berjalan ketempat dimana aku bertemu dengan Nirina di setiap paginya. Di perjalanan, aku merasa aneh. Kaki ini terasa berat untuk melangkah, mata ini selalu tertunduk ke bawah, semangat untuk melihat perempuan itu tidak bergejolak seperti biasanya. Sesampainya aku di tempat Nirina biasa duduk, aku bingung tidak ada sosok dirinya seperti biasanya dia duduk disitu. Sampai pada akhirnya aku berusaha mencarinya. Sampailah aku di suatu perkampungan dimana terdapat bendera kuning di sana. Aku bertanya kepada penduduk setempat, “siapa yang meninggal itu ?”tanyaku kepada seseorang di kampung itu. “Oh itu perempuan yang di setiap paginya selalu duduk dibawah pohon untuk melihat matahari terbit, namanya Nirina” Sontak aku terkejut mendengar jawaban orang itu, tak ada yang bisa aku ucap selain rasa sedih yang aku alami saat ini. Harapanku untuk membahagiakan dirinya sudah terlambat. Semua yang aku rasakan di pagi ini mungkin suatu petunjuk yang memberitahuku tentang perempuan itu. 

“Selamat jalan Nirina, semoga engkau mendapatkan matahari yang lebih baik disana, mataharimu disini mulai redup mengikuti kepergianmu di pagi ini. Dari aku yang mulai menaruh harap kepadamu, Gilang.”

3 comments:

  1. Terlalu singkat apa emg bikin sengaja singkat?
    Tapi bagus dengan pemakaian kata2 yang tepat bikin suasana hidup cuma sayang terlalu singkat ceritanya..
    Goodluck :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebenernya sih ganiat bikin cerpen tadinya, cuma karna lagi gaada kerjaan jadinya iseng aja eh keterusan yaudah skalian aja bikin cerita kek gini. Next time agak panjangan deh, makasih sebelumnyaaaa

      Delete
  2. Iseng nya keren banget min, kapan-kapan bisa lah privat sama admin bikin cerpen gini.
    Goodluck ya min.

    ReplyDelete

www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net