Pagi ini terasa indah bagiku, pagi
yang berbeda diantara pagi-pagi ku sebelumnya. Matahari yang mulai muncul
membuat suasana hati terasa lebih hangat. Udara dingin pun seakan menjauh
disaat sang mentari mulai menampakkan sinarnya. Kicauan burung yang seakan
menambah indah suasana di pagi yang jauh dari suara mesin dan polusi udara yang
biasa aku dengar saat aku masih tinggal di kota dulu. Oh iya, nama ku Gilang
Purnama biasa dipanggil Gilang. Aku ini bukan orang hebat, hanya seseorang yang
rindu akan kedamaian dan suasana asri seperti di desa ini. Maklum, dulu aku
tinggal di kota besar yang bisa dibilang hampir tidak ada pemandangan hijau
yang bisa aku lihat seperti disini.
Disini aku belum mempunyai teman, hanya
beberapa tetangga yang setiap harinya selalu ku sapa dan mereka selalu
memberikan senyum sebagai pertanda bahwa mereka menerimaku dengan baik disini.
Sampai suatu ketika disaat aku sedang berjalan dibawah sinar matahari pagi, aku
bertemu dengan seorang perempuan. Ia sedang duduk di bawah pohon sambil melihat
ke arah matahari terbit. Aku pun datang untuk sekedar menyapa dan berkenalan
dengan dia. “Hai, boleh ikut duduk disini ?” ucapku sambil
memberikan senyuman
kecil kepadanya. “Iya boleh kok “ ungkap si perempuan itu. “Sedang apa
pagi-pagi ditempat ini ?” ucapku dengan nada agak heran. Kemudian dia menjawab
“Setiap pagi, aku selalu disini untuk melihat matahari terbit. Rasanya tenang
kalau aku sudah menikmati hangatnya sinar matahari pagi” ucapnya sambil ia
tersenyum kepadaku. “Oh iya, namaku Gilang, aku baru pindah disini. Rumahku gak
jauh kok dari sini” ucapku sambil mengulurkan tangan. “Aku Nirina, rumahku juga
gak jauh kok dari sini. Tapi setiap pagi aku selalu disini” ucapnya sambil
menjabat tanganku.
Percakapan
pun berlanjut seakan kami sudah bertemu lama sebelum ini, hingga suatu saat
waktu sudah menunjukkan pukul 10 dan aku harus pulang untuk mengerjakan tugas
yang belum aku selesaikan. “Besok kita bisa bertemu lagi ?” ucapku. “Iya tentu
saja, kamu datang saja ke tempat ini setiap pagi. Aku pasti ada disini kok”
ucap Nirina sambil memberi senyuman ke arahku. “Baiklah aku pulang dulu ya,
sampai besok Nirina” ucapku sambil melambaikan tangan. Sepanjang jalan aku
selalu terlintas wajah perempuan itu, perempuan yang baru aku temui dan aku
kenal hari ini tapi begitu membekas seakan kita sudah berkenalan lama.
Hari
berganti, sang mentari pun datang kembali diikuti hangatnya sinarnya. Dan pagi
ini aku kembali berjalan ketempat dimana aku bertemu Nirina kemarin. Dan benar
saja, Nirina sudah duduk di tempat yang sama seperti kemarin aku bertemu
dengannya. “Hai” sapaku kepadanya. “Hai juga” ucapnya dengan penuh senyuman.
Dan percakapan pun mulai terjadi diantara kami. “Aku boleh bertanya sesuatu ?”
ucapku kepadanya. “Mau nanya apa ?” jawabnya kepada ku. “Kamu kenapa suka
sekali melihat matahari di setiap paginya, aku boleh tau apa alasannya ?”
jawabku dengan penuh rasa penasaran. Mendengar pertanyaan itu ia hanya
tersenyum sambil melihat ke arahku. “Apa yang akan kamu lakukan jika kamu tau
hidupmu hanya tersisa beberapa hari lagi ?” ucapnya sambil melihat ke arah
matahari terbit. “ Maksud kamu?” jawabku dengan perasaan kaget “Aku tak perlu
mengulang pertanyaanku itu kan ? Seandainya kamu tahu bahwa hidupmu hanya
tersisa beberapa hari saja, apa yang ingin kamu lihat, apa yang ingin kamu
rasakan dan apa yang ingin kamu perbuat. Alasanku disini setiap pagi adalah aku
ingin melihat matahari terbit dan merasakan hangat sinarnya sebelum aku tidak
bisa duduk disini dan tidak bisa merasakan lagi seperti yang sekarang aku
lakukan”. Aku terdiam, kaget rasanya mendengar jawaban yang diucapkan Nirina. “Apa
yang membuat kamu berkata seperti itu ? Aku benar-benar bingung” ucapku
kepadanya. “ Sudah lama aku menderita penyakit yang bisa dibilang belum ada
obatnya, dokter pun berkata kepadaku bahwa harapan ku untuk hidup tidak akan
lama. Bisa kapan saja aku pergi meninggalkan pagi senyaman dan sehangat ini dan
dari situ lah aku sudah tidak menginginkan apa-apa lagi selain selalu berada
disini, dibawah pohon ini dan melihat sang mentari terbit dan merasakan hangat
sinarnya.” Ucapnya dengan perasaan sedih, air matanya mulai membasahi pipinya
tapi ia berusaha untuk tidak menunjukkannya kepada ku. Terlintas di dalam
pikiran ku untuk berusaha membuat hari-hari terakhirnya lebih berarti daripada
hanya sekedar duduk dan melihat matahari. Ya, aku ingin membahagiakannya
walaupun tidak banyak yang bisa aku lakukan.
Hari
pun berganti, matahari kembali datang dengan sinar dan cahaya baru. Rasanya
seperti ada yang berbeda dari matahari di pagi ini. Sinarnya agak redup,
hangatnya pun tak sehangat kemarin. Dalam hati aku berkata, ada apa dengan hari
ini ?. Aku kembali berjalan ketempat dimana aku bertemu dengan Nirina di setiap
paginya. Di perjalanan, aku merasa aneh. Kaki ini terasa berat untuk melangkah,
mata ini selalu tertunduk ke bawah, semangat untuk melihat perempuan itu tidak
bergejolak seperti biasanya. Sesampainya aku di tempat Nirina biasa duduk, aku
bingung tidak ada sosok dirinya seperti biasanya dia duduk disitu. Sampai pada
akhirnya aku berusaha mencarinya. Sampailah aku di suatu perkampungan dimana
terdapat bendera kuning di sana. Aku bertanya kepada penduduk setempat, “siapa
yang meninggal itu ?”tanyaku kepada seseorang di kampung itu. “Oh itu perempuan
yang di setiap paginya selalu duduk dibawah pohon untuk melihat matahari
terbit, namanya Nirina” Sontak aku terkejut mendengar jawaban orang itu, tak
ada yang bisa aku ucap selain rasa sedih yang aku alami saat ini. Harapanku
untuk membahagiakan dirinya sudah terlambat. Semua yang aku rasakan di pagi ini
mungkin suatu petunjuk yang memberitahuku tentang perempuan itu.
“Selamat jalan Nirina, semoga engkau
mendapatkan matahari yang lebih baik disana, mataharimu disini mulai redup
mengikuti kepergianmu di pagi ini. Dari aku yang mulai menaruh harap kepadamu,
Gilang.”
Terlalu singkat apa emg bikin sengaja singkat?
ReplyDeleteTapi bagus dengan pemakaian kata2 yang tepat bikin suasana hidup cuma sayang terlalu singkat ceritanya..
Goodluck :)
Sebenernya sih ganiat bikin cerpen tadinya, cuma karna lagi gaada kerjaan jadinya iseng aja eh keterusan yaudah skalian aja bikin cerita kek gini. Next time agak panjangan deh, makasih sebelumnyaaaa
DeleteIseng nya keren banget min, kapan-kapan bisa lah privat sama admin bikin cerpen gini.
ReplyDeleteGoodluck ya min.